13 Okt 2012

cerita pendek karya fide



lanjutan !!!!!

“kak, kok segitu sukanya si kak ma tu cowok? Tanya Aira penuh penasaran. Ines hanya bisa tersenyum kecil mendengar gaya bicara adik bungsu nya itu.
“kamu masih kecil Ai, nanti kalau Ai dah gede pasti ngerti. itupun kalau prinsip yang Ai tanamkan tak jauh beda dengan kakak.
“emang apa bedanya tu cowok dibanding yang lain?sampai kakak yang ngak pernah peduli tentang hati kakak yang kan resah sendirian. Dan kenapa bisa membuat jiwa kakak jadi terenyuh gitu?
“eee maksud kamu apa? Terenyuh gimana? Anak kecil tahu apa?
“alah...kakak kayak ngak tahu aj ma perasaan sendiri...,
“ooo adik kakak dah berani cari-cari tahu tentang isi hati kakak ne? Ya udah, kakak bilangin ya,kakak tu memang suka sama lelaki itu karna sosok yang seperti dia itu susah ditemuin.... Kamu ngerti?
“ngak ngerti-ngerti banget.
“ya itu tadi, susah ngomong sama anak yang masih dibawah umur..Aira, kakak meminta kamu jangan gangguin kakak dong, banyak tugas kuliah ne...sana sana keluar.....kakak mo konsen tau. Kalo ada kamu nanyain hal yang sama tiap harinya,pusing tau ngaak,,....
“oke kakak ku sayang, aku tak kan mengganggumu memikirkan dambaan hatimu itu.he....
Diketika hari mulai meredam, mentari hanya tersenyum sedikit saja. Ines masih terdiam tanpa kata, karna masih memikirkan pemuda yang syiak itu. Ia merasa hal ini adalah yang paling bodoh yang dirasakannya. Tapi ia tetap optimis, dan selalu memberi luang kecil dalam setiap kesibukannya untuk berusaha mendapatkan perhatian lelaki itu, walau sedikit saja.


Saat itu juga ia mencoba hempaskan tubuhnya yang lunglai itu diatas kasur. Jiwanya tampak terasa sedikit tenang. “Aku mengingatnya saja sudah setenang ini, apalagi bisa hidup dengannya”. Fikir gadis itu dalam hati lagi
Ya Tuhaaaaaan…..kenapa tak Engkau jadikan saja dia jodohku?. Apakah aku tak pantas berdampingan dengannya? Keluh gadis itu sambil memperhatikan langit-langit diatas kamarnya itu.

Tiba-tiba saja terdengar satu suara yang membuka pintu kamarnya Ines. Spontanitas saja ia terperanjat. Setelah dilihat-lihatnya lagi, ternyata muncul satu wajah sederhana milik kakak sulungnya Anita.
“Din kamu ngak ngampus hari ini?
“ngampus lah kak, tapi kok badan ku loyo begini yaq,
“emang loyo mikirin apa?
“mikirin bang Adrian kak....hee
“ya ampun....kamu tu ada-ada aja dech, masak Adrian anak orang terhormat itu yang kamu suka?
“emangnya salah kak?cinta ya cinta kak, mau gimana. Aku suka juga karna imannya kok.
“karna tampan dan mapannya juga kan?
“pas banget!!!!!! Kakak kan paling tahu selera aku. Lagian Tuhan juga beri anjuran tuk mencari pendamping yang terbaik, yang bisa menafkahi keluarga. Aku juga tak tega bila nanti punya suami, mama sedih memikirkan nasibku yang terkatung-katung. Aku tak sanggup melihat sedih diraut wajah mama kak.
“ya iya sih, tapi kalo suka si Adrian itu, kamu mesti mikir panjang dulu, dia suka ngak ma kamu? Ya Ampun Nes....kamu tu mimpi ketinggian.
“siapa bilang ketinggian?wajar kok kalo kamu bisa suka ma si Ad itu. Kamu ngak salah menyukai orang. Lagian dia juga lelaki yang amat baik yang pernah uda temui.

Ternyata uda Ines yang umurnya masih dibawah Anita, menyanmbung perkataan itu dari belakang. Ia sepertinya sangat mendukung perasaan adiknya itu. Karna si Ad adalah teman masa sekolahnya. Jadi sedikit banyaknya udanya sudah tahu banyak tentang lelaki itu.
“oooo jadi uda ngedukung aku ne?
“ya, iyalah...dia memang lelaki yang baik. Sholatnya aja rajin, berpendidikan tinggi. Apalagi soal agama. Tapi uda ngak tahu pasti kenapa juga si Ad itu belum punya istri sampai sekarang. Padahal dah mapan banget berumah tangga.
“itu karna lefelnya tinggi...(sambung Anita itu lagi)
“belum dapat yang di hati kali da, atau dia tu nungguin aku menjadi yang terakhir di pelabuhan hatinya...he
“gaya tak boleh tahan......sahut Anita lagi mengusik. Ya udahlah dek..kejar kalo bisa.
Perdebatan yang berlangsung sengit dengan kakak nya itu, memberikan satu bayangan hitam pada Ines. Ia tiba-tiba saja ragu dengan keinginannya tuk ingin memiliki pria tajir itu. Agaknya ia masih sedikit membenarkan juga ucapan kakaknya. Kini ia sudah mulai merasa tak pantas. Apalagi ibunya Adrian prnah menjadi majikan ibunya Ines. Ia menganggap takkan mendapatkan restu. Namun harapan dan keyakinan itu masih melekat dalam hatinya. Tak tahu kenapa ia punyai rasa yakin saja saat itu.


Esok disiang harinya, Ines teringin berjalan sendiri saja. Sambil menikmati pemandangan dibelakang rumah, selain deru ombak yang menerjang, ia bisa berteduh dibawah dahan-dahan pohon pinus...daunnya juga ramai. Yang mampu memberikan kesejukan sampai kedalam hatinya.
“andai perasaan ini bisa abadi, aku ingin rasakan hati dan jiwa yang sedamai ini setiap harinya. Berada di dahan teduh. Ibaratkan aku bisa memiliki seseorang tempat ku bersandar, agar aku bisa merasakan kesejukan ini selamanya.
“o ya?impian yang bagus....


Ines sungguh terheran, dari mana datang suara yang menyambung begitu saja kalimat yang telah ia rangkai secara indah itu. Ia sepertinya sedikit merasa terganggu. Karna ia tak ingin siapapun yang menggangunya melamunkan pria idamannya itu. Makanya ia memutuskan tuk sendiri saja dibawah pohon ini. Namun karna rasa penasaran, ia langsung menoleh kebelakang beberapa kali.
“Ya ampun..sssssssttttttt,dug..dug..dug..denyut jantung Ines sepertinya berdetak sangat kencang dan keras. Ternyata itu adalah suara yang tiada diduga tetapi dinanti-nanti bisa menyahut perkataanya. Lega sudah,... Suara yang diharap-harap itu sekarang telah berada didepan matanya. Yang bisa berkomunikasi dengannya secara langsung, dekat dengan ditelinganya.
“kenapa Nes? Uda mengganggumu?


Ia tak tahu harus berbuat apa dengan suasana hati yang terjepit itu. Bagaikan mimpin yang lewat dimalam penuh kalbu. Bagaikan jiwa yang berpadu dengan tiupan angin sejuk. Bagaikan damai menikamati dunia luar hatinya yang polos akan pengalaman tentang yang namanya perasaan.
“tidak, jawab ku dengan singkat.
“boleh aku berbicara sesuatu denganmu? Pinta lelaki itu dengan teramat sopannya. Sedangkan detak hati gadis itu semakin kencang tak beraturan. Mungkin sekarang sudah bisa terdengar sampai keluar hatinya itu.
“Ya Allah inikah indahnya cinta yang Engkau titipkan untukku”? Ucap wanita itu dalam hatinya yang sedang bermuara.
“boleh uda, silakan mau bicara apa? Lekas saja uda, karna tak baik pula ditempat seperti ini kita berduaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar