13 Okt 2012

cerita pendek karya fide

 lanjutan !!!!

“itulah sebab uda ingin meminta Ines ikut uda kedepan pantai sana. Disana ramai Orang. Itu lebih baik untuk kita berbicara. Yuk...?
Ines menanyai hatinya saat itu, Tapi ia tak bisa utarakan dengan jelas..yang pasti ia telah merasakan kenyamanan yang luar biasa. walau masih ada rasa takut. Karna dengan berbicara dekat dengan pemuda itu, bisa saja kan membawa fitnah.
Saat ajakan pemuda itu diterimanya, ia dengan orang yang mencopot jantung ku itu berjalan dengan perlahan. Tapi jarak diantara mereka terbentang cukup jauh. Mereka sepertinya sengaja mengambil jarak seperti itu. Karna merasa enggan juga terlalu dekat dengan yang bukan muhrimnya. Apalagi Ines juga tahu pemuda itu juga seseorang yang sangat menjunjung tinggi nilai agama. Inipun dilakukannya karna sepertinya pemuda itu memang ada keperluan penting.
Setiba didepan pantai yang bertemankan ombak, Adrian mengajak Ines duduk ke warung yang sangat banyak pendatangnya. Wajah Ines terlihat sedikit melegakan. Karna mereka berbicara didepan ramai orang. Jadi, selagi bersikap sopan, pasti penduduk pantai itu tak kan marah, apalagi menebar fitnah.

Saat ini pria tampan yang berkemeja rapi itu sudah duduk didepan Ines. Dan pembicaraan itu pun berlangsung....,,
“mmm terima kasih Ines sudah mau mendengarkan apa yang akan uda ucapkan. Walaupun uda belum banyak mengenal tentang Ines, disini akan bisa membuat kita saling mengenal. Tapi uda sudah lama juga memperhatikan Ines saat kita bersua dalam kondisi manapun. Apakah itu dirumah Ines sendiri, disaat uda meminta pertolongan udanya Ines. Atau pun saat bersua dijalan, dan paling sering saat keluar dari mesjid ketika kita pulang sholat tarwih.
“apa? Berarti selama ini uda juga perhatikan Ines?
“ya, benar. Ines tak pernah tahu atau merasakannya?
“Ngakkk....tapi kalo Ines boleh tanya yang meminta uda datang temuin Ines siapa? Uda Ines kah itu?
“ya,,,
“kalo begitu pasti cuman segan ma uda aja kan?
“bukan sekedar segan, tapi uda sudah bicara dengan uda Ines bahwa uda akan melamar Ines menjadi istri uda. Jadi uda ngajak Ines kesini hanya untuk menanyakan jawaban yang benar-benar pasti dari Ines. Bagaimana?
“Ya Allah...apa aku tidak sedang bermimpi? Tapi bagaimana dengan keluarga uda, apa mereka setuju dengan semua ini?
“ya setuju lah, uda pun tak kan menikah jika tak dapat restu dari beliau. Malah mereka yang meminta uda cepat-cepat melangsungkan pernikahan denganmu.
“Alhamdulillah ya Allah,impian yang tak mungkin rasanya kudapatkan, ternyata dengan izin-Mu aku berhasil mendapatkan orang yang benar-benar aku sukai karna Mu. Engkau mengabulkan segala do’a-do’a ku. Memang tak ada yang takkan mungkin jika Engkau berkehendak.
Ternyata dalam kebahagian mendengar kata-kata lamaran itu, Adrian sudah tersenyum kecil saja melihat kearah Ines. Cara ia melihat tak bisa menyembunyikan rasa kebahagiaan yang terpancar diwajahnya. Mereka sadar, memang tiada yang tak mungkin didunia ini. Bahkan cara mereka bertemu pun suatu kisah yang tak bisa diduga dan ditebak. tak sangka dalam diam mereka sama-sama telah jatuh hati.
Malam harinya mata gadis itu tak bisa tertidur. ia hanya terbayangkan bagaimana pemuda itu bisa menjadi calon suaminya. Apalagi dimulai dengan ungkapan bicaranya yang halus itu. Itupun pertama kalinya Ines mendengar ucapan yang selembut itu dihadapan mana-mana lelaki. Karna biasanya walau Adrian sering datang kerumah Gadis itu, Ines tak pernah menangkap mata Adrian meliriknya sekalipun. Pemuda itu hanya tersenyum kecil, itupun hanya sekilas. Ines hanya bisa mengartikan senyuman itu alakadarnya. Tak berlebihan. Anehnya lagi, tak sedikitpun Ines menyadari kalau pemuda itu telah jatuh hati pula padanya. Sungguh pandai lelaki itu menghindari pandangan.

Akhirnya setelah dua keluarga restu atas harapan mereka, mereka pun melangsungkan perkawinan. Tepat di pagi hari nan cerah, jarum jam telah berada pada posisi angka sepuluh, pemuda yang bernama Adrian itu resmi menikah dengan gadis biasa yang tak jauh tinggal didekat rumahnya itu.
“sah.....?.....sah? tanya penghulu pada para saksi.
“sah................., sahut para saksi serentak dengan semua keluarga, sahabat, tetangga yang hadir di akad nikah ku pada hari itu.

Setelah akad nikah selesai, tampak diraut wajah mereka sedang merasakan kebahagian yang teramat sangat. Tiada kebahagiaan yang lebih dari ini sebelumnya dari apa yang pernah mereka rasakan. Dalam tangis Ines melafaskan satu kalimat didepan suaminya tercinta, “Alhamdulillah , akhirnya Tuhan telah mempertemukan cinta dan kasih sayang kita. Semoga hidup baru yang kita tempuh ini, selalu mendapat restu dariNya.”
“amin...jadilah istri yang sholeha buatku, kata suaminya itu sambil mengecup kening istrinya untuk pertama kalinya. Terlihat sekali diwajah mereka kemesraan yang sebenarnya. ketika kemesraan itu dilakukan dalam ibadah, dibawah ridho Allah...setelah dinilai sah dimata manusia,dan sah dimata Allah.
Dalam kebahagian yang masih bermuara, Ines dan suaminya itu langsung naik kepelaminan. Marawa terpasang sangat indah. Hiasan pelaminan itu dihiasi dengan untaian-untaian kain segitiga panjang berwarna perak. Yang menggambarkan ciri khas,tradisi atau adat-istiadat orang awak itu. Setelah akad nikah selesai, kebiasaan didaerah Minang tepatnya di Kota Payakumbuh itu, langsung mengadakan pesta (baralek) dengan mengundang seluruh kerabat, teman dan orang sekampung.

Sungguh tiada pernah diduga, gadis yang baru saja melepaskan masa lajangnya itu, kebahagiaannya telah berubah. Baru sekejap saja ia duduk berdua dipelaminan , Ia melihat ada yang aneh yang terjadi pada suaminya Adrian. Ia pun tak tahu jelas kenapa.. Wanita itu berusaha memperhatikan dengan teliti apa yang terjadi pada suaminya itu,
“uda kenapa?

Wanita itu bertambah ragu, karna suaminya tak menjawab. Adrian hanya memegang kepalanya dengan sangat kuat.
“ Ya Allah,kepalaku sakit..., kata lelaki itu sambil menatap istrinya lekat.
“Dik maafkan uda sudah tak memberitahumu tentang kondisi uda...umur uda memang tak panjang, makanya sebelum pergi, uda mau kamu jadi istri uda. Didunia kita berpisah, di akhirat kita pasti kan bertemu. Jangan lupa laksanakan perintahNya...dan......
Dengan segera wanita itu membisikkan kalimat Asyaduallailahaillalloah,wassyaduannamuhammaddarosululloh..... ketelinga suaminya.”

Kalimat itupun dengan lancar diucapkan oleh Adrian nan sholeh itu. Kini entah apa yang dirasakan wanita yang baru menikah itu. Suami yang teramat dicintainya pergi sekelip mata tanpa diduga. Mungkin hatinya telah menjerit ketika suaminya itu melepaskan genggaman dari jemarinya yang halus. yang tadinya berada kuat dalam genggamannya. Wajah suaminya itu kaku didepan matanya. Tubuhnya terbujur tak berdaya. Aliran darah suami itu telah hilang dibawa arus kematian. Terpisahlah Nyawa dan badan dari sosok Adrian. Sepertinya Ines ingin lepaskan teriakan dalam hatinya itu. Tapi ia tak mau melepaskan suaminya nya dengan air mata. Dicobanyalah tuk menahan rasa perih yang menggebu itu, yang seakan menghantam jatung dan jiwanya...
”ya Allah.....inikah takdir ku? Kenapa begitu cepat Engkau mengambilnya dari sisiku.....padahal setengah mati aku sangat menyayanginya. Namun dalam keikhlasan ku ya Allah, aku relakan ia tuk kembali padamu. tabahkanlah aku ya Allah...Asstaffirullahal’azim.....

Terakhir hati kecil wanita yang sudah menjadi janda itu mengucapkan...
“selamat tinggal suamiku tercinta, tenanglah di alam sana,aku sadar bahwa Tuhan lebih menyayagimu...”

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar