lanjutan !!!!
“itulah
sebab uda ingin meminta Ines ikut uda kedepan pantai sana. Disana ramai
Orang. Itu lebih baik untuk kita berbicara. Yuk...?
Ines menanyai
hatinya saat itu, Tapi ia tak bisa utarakan dengan jelas..yang pasti ia
telah merasakan kenyamanan yang luar biasa. walau masih ada rasa takut.
Karna dengan berbicara dekat dengan pemuda itu, bisa saja kan membawa
fitnah.
Saat ajakan pemuda itu diterimanya, ia dengan orang yang
mencopot jantung ku itu berjalan dengan perlahan. Tapi jarak diantara
mereka terbentang cukup jauh. Mereka sepertinya sengaja mengambil jarak
seperti itu. Karna merasa enggan juga terlalu dekat dengan yang bukan
muhrimnya. Apalagi Ines juga tahu pemuda itu juga seseorang yang sangat
menjunjung tinggi nilai agama. Inipun dilakukannya karna sepertinya
pemuda itu memang ada keperluan penting.
Setiba didepan pantai yang
bertemankan ombak, Adrian mengajak Ines duduk ke warung yang sangat
banyak pendatangnya. Wajah Ines terlihat sedikit melegakan. Karna mereka
berbicara didepan ramai orang. Jadi, selagi bersikap sopan, pasti
penduduk pantai itu tak kan marah, apalagi menebar fitnah.
Saat ini pria tampan yang berkemeja rapi itu sudah duduk didepan Ines. Dan pembicaraan itu pun berlangsung....,,
“mmm
terima kasih Ines sudah mau mendengarkan apa yang akan uda ucapkan.
Walaupun uda belum banyak mengenal tentang Ines, disini akan bisa
membuat kita saling mengenal. Tapi uda sudah lama juga memperhatikan
Ines saat kita bersua dalam kondisi manapun. Apakah itu dirumah Ines
sendiri, disaat uda meminta pertolongan udanya Ines. Atau pun saat
bersua dijalan, dan paling sering saat keluar dari mesjid ketika kita
pulang sholat tarwih.
“apa? Berarti selama ini uda juga perhatikan Ines?
“ya, benar. Ines tak pernah tahu atau merasakannya?
“Ngakkk....tapi kalo Ines boleh tanya yang meminta uda datang temuin Ines siapa? Uda Ines kah itu?
“ya,,,
“kalo begitu pasti cuman segan ma uda aja kan?
“bukan
sekedar segan, tapi uda sudah bicara dengan uda Ines bahwa uda akan
melamar Ines menjadi istri uda. Jadi uda ngajak Ines kesini hanya untuk
menanyakan jawaban yang benar-benar pasti dari Ines. Bagaimana?
“Ya Allah...apa aku tidak sedang bermimpi? Tapi bagaimana dengan keluarga uda, apa mereka setuju dengan semua ini?
“ya
setuju lah, uda pun tak kan menikah jika tak dapat restu dari beliau.
Malah mereka yang meminta uda cepat-cepat melangsungkan pernikahan
denganmu.
“Alhamdulillah ya Allah,impian yang tak mungkin rasanya
kudapatkan, ternyata dengan izin-Mu aku berhasil mendapatkan orang yang
benar-benar aku sukai karna Mu. Engkau mengabulkan segala do’a-do’a ku.
Memang tak ada yang takkan mungkin jika Engkau berkehendak.
Ternyata
dalam kebahagian mendengar kata-kata lamaran itu, Adrian sudah tersenyum
kecil saja melihat kearah Ines. Cara ia melihat tak bisa menyembunyikan
rasa kebahagiaan yang terpancar diwajahnya. Mereka sadar, memang tiada
yang tak mungkin didunia ini. Bahkan cara mereka bertemu pun suatu kisah
yang tak bisa diduga dan ditebak. tak sangka dalam diam mereka
sama-sama telah jatuh hati.
Malam harinya mata gadis itu tak bisa
tertidur. ia hanya terbayangkan bagaimana pemuda itu bisa menjadi calon
suaminya. Apalagi dimulai dengan ungkapan bicaranya yang halus itu.
Itupun pertama kalinya Ines mendengar ucapan yang selembut itu dihadapan
mana-mana lelaki. Karna biasanya walau Adrian sering datang kerumah
Gadis itu, Ines tak pernah menangkap mata Adrian meliriknya sekalipun.
Pemuda itu hanya tersenyum kecil, itupun hanya sekilas. Ines hanya bisa
mengartikan senyuman itu alakadarnya. Tak berlebihan. Anehnya lagi, tak
sedikitpun Ines menyadari kalau pemuda itu telah jatuh hati pula
padanya. Sungguh pandai lelaki itu menghindari pandangan.
Akhirnya
setelah dua keluarga restu atas harapan mereka, mereka pun
melangsungkan perkawinan. Tepat di pagi hari nan cerah, jarum jam telah
berada pada posisi angka sepuluh, pemuda yang bernama Adrian itu resmi
menikah dengan gadis biasa yang tak jauh tinggal didekat rumahnya itu.
“sah.....?.....sah? tanya penghulu pada para saksi.
“sah.................,
sahut para saksi serentak dengan semua keluarga, sahabat, tetangga yang
hadir di akad nikah ku pada hari itu.
Setelah akad nikah
selesai, tampak diraut wajah mereka sedang merasakan kebahagian yang
teramat sangat. Tiada kebahagiaan yang lebih dari ini sebelumnya dari
apa yang pernah mereka rasakan. Dalam tangis Ines melafaskan satu
kalimat didepan suaminya tercinta, “Alhamdulillah , akhirnya Tuhan telah
mempertemukan cinta dan kasih sayang kita. Semoga hidup baru yang kita
tempuh ini, selalu mendapat restu dariNya.”
“amin...jadilah istri
yang sholeha buatku, kata suaminya itu sambil mengecup kening istrinya
untuk pertama kalinya. Terlihat sekali diwajah mereka kemesraan yang
sebenarnya. ketika kemesraan itu dilakukan dalam ibadah, dibawah ridho
Allah...setelah dinilai sah dimata manusia,dan sah dimata Allah.
Dalam
kebahagian yang masih bermuara, Ines dan suaminya itu langsung naik
kepelaminan. Marawa terpasang sangat indah. Hiasan pelaminan itu dihiasi
dengan untaian-untaian kain segitiga panjang berwarna perak. Yang
menggambarkan ciri khas,tradisi atau adat-istiadat orang awak itu.
Setelah akad nikah selesai, kebiasaan didaerah Minang tepatnya di Kota
Payakumbuh itu, langsung mengadakan pesta (baralek) dengan mengundang
seluruh kerabat, teman dan orang sekampung.
Sungguh tiada pernah
diduga, gadis yang baru saja melepaskan masa lajangnya itu,
kebahagiaannya telah berubah. Baru sekejap saja ia duduk berdua
dipelaminan , Ia melihat ada yang aneh yang terjadi pada suaminya
Adrian. Ia pun tak tahu jelas kenapa.. Wanita itu berusaha memperhatikan
dengan teliti apa yang terjadi pada suaminya itu,
“uda kenapa?
Wanita itu bertambah ragu, karna suaminya tak menjawab. Adrian hanya memegang kepalanya dengan sangat kuat.
“ Ya Allah,kepalaku sakit..., kata lelaki itu sambil menatap istrinya lekat.
“Dik
maafkan uda sudah tak memberitahumu tentang kondisi uda...umur uda
memang tak panjang, makanya sebelum pergi, uda mau kamu jadi istri uda.
Didunia kita berpisah, di akhirat kita pasti kan bertemu. Jangan lupa
laksanakan perintahNya...dan......
Dengan segera wanita itu membisikkan kalimat Asyaduallailahaillalloah,wassyaduannamuhammaddarosululloh..... ketelinga suaminya.”
Kalimat
itupun dengan lancar diucapkan oleh Adrian nan sholeh itu. Kini entah
apa yang dirasakan wanita yang baru menikah itu. Suami yang teramat
dicintainya pergi sekelip mata tanpa diduga. Mungkin hatinya telah
menjerit ketika suaminya itu melepaskan genggaman dari jemarinya yang
halus. yang tadinya berada kuat dalam genggamannya. Wajah suaminya itu
kaku didepan matanya. Tubuhnya terbujur tak berdaya. Aliran darah suami
itu telah hilang dibawa arus kematian. Terpisahlah Nyawa dan badan dari
sosok Adrian. Sepertinya Ines ingin lepaskan teriakan dalam hatinya itu.
Tapi ia tak mau melepaskan suaminya nya dengan air mata. Dicobanyalah
tuk menahan rasa perih yang menggebu itu, yang seakan menghantam jatung
dan jiwanya...
”ya Allah.....inikah takdir ku? Kenapa begitu cepat
Engkau mengambilnya dari sisiku.....padahal setengah mati aku sangat
menyayanginya. Namun dalam keikhlasan ku ya Allah, aku relakan ia tuk
kembali padamu. tabahkanlah aku ya Allah...Asstaffirullahal’azim.....
Terakhir hati kecil wanita yang sudah menjadi janda itu mengucapkan...
“selamat tinggal suamiku tercinta, tenanglah di alam sana,aku sadar bahwa Tuhan lebih menyayagimu...”
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar